RSS

Oleh" di malam Kamis

Bapak H. Syarief Hidayat, M.Si,
"Memanusiakan Manusia Itu Mahal..!"
Telah bersambut kota Tasikmalaya dengan figur tokoh pemimpin yang baru, yakni sang walikota baru. Dalam ririungan pisah sambut walikota dari Bapak Drs. H. Bubun Bunyamin kepada Bapak H. Syarief Hidayat, M.Si dan Bapak H. Dede Sudrajat, M.P. yang dilaksanakan pada hari Rabu, 13 November silam, Q_Smart berhasil mewawancarai petinggi tersebut untuk menjawab apa yang menjadi tanda tanya dan menyampaikan harapan kami ke depan.
Pada awalnya, kami akan mewawancarai Pak Syarief di jeda sesaat sebelum acara pisah sambut walikota yang dilaksanakan di kolam renang Asia tersebut. Namun, karena keterbatasan waktu, akhirnya wawancara dipending sampai acara berakhir.
Meski kantuk menghinggapi dan sepoi angin menusuk sampai ke iga, tak menyurutkan tekad kami untuk bisa berkomunikasi dengan beliau. Padahal, esok kewajiban utama kami selaku pelajar siap menanti.
Waktu telah menunjukkan pukul 22.45. Penantian itupun terbalas sudah. Karena saat itu Pak Syarief sedang menemui beberapa tamu undangan, kami tak membuang kesempatan itu untuk bisa mewawancarai mantan walikota Tasikmalaya periode 2002-2007 yang tidak lain dan tidak bukan adalah Bapak Bubun.
Menurut penuturan beliau, ada beberapa poin-poin masalah pendidikan yang masih belum terlaksana dan menjadi PR bagi pemimpin masa jihad 2007-2012 ini. Salah satunya adalah masih belum meratanya pengajar di beberapa tempat, belum terlaksananya program pembebaan biaya pendidikan, pemerataan iptek, dan beberapa masalah lain.
Ada sebuah pengharapan dari seorang Pak Bubun, yaitu semoga Tasikmalaya bisa semakin maju dan menjadi kota yang unggul di berbagai aspek. Tak hanya itu, beliau juga berpesan kepada para pelajar untuk benar-benar bisa menggunakan waktu dengan baik dan bisa memilah serta memilih sikap yang baik dan bathil.
Pak Syarief segera mengajak kami ke pinggir panggung. Saat itu sebagian tamu telah pulang dan di tempat pusat ada sebuah pementasan seni. Mungkin agar obrolannya bisa lebih santai.
Dengan pancaran jiwa keras dan tegasnya, beliau menjawab satu persatu pertanyaan kami. Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas tapi murah, beliau telah merancang beberapa rencana ke depan. Salah satunya dengan mewajibkan kepada seluruh elemen masyarakat kota Tasikmalaya untuk bisa mengenyam pendidikan minimal 9 tahun. Seperti dengan mengejar paket B atau C, memperbaiki sistem pendidikan, dan beberapa solusi untuk perbaikan ke depan.
Meluruskan persepsi masyarakat bahwa sekolah swasta itu mahal, beliau menampik persepsi tersebut. Beliau berasumsi sekolah swasta sama mahalnya dengan sekolah yang berstatus negeri. "Bahkan, sekolah saya yang di Kebon Baru menggratiskan untuk beberapa pembayaran."
Menanggapi komunitas blogger dan pembelajaran lewat e-learning yang dibentuk oleh SMA Al Muttaqin, beliau merespon dengan baik. Namun beliau menyayangkan karena baru sekolah-sekolah tertentu saja yang mampu bergerak secepat itu. Beliau beropini, realita seperti ini terjadi karena kondisi ekonomi dan pendidikan yang belum merata. "Memanusiakan manusia khan mahal..!"
Beliau menyatakan siap untuk menjadi narasumber apabila SMA Al Muttaqin mengadakan perkumpulan atau komunitas siswa se-Tasik sebagai pencerahan tentang seputar sunia pendidikan. "Tapi ada baiknya kalian meminta kepada dinas yang bersangkutan, seperti kepada dinas pendidikan, atau kepada instansi lain yang terkait karena saya kurang tahu yang lebih spesifiknya." Ungkap beliau jujur.
Langit semakin pucat pasi. Apa yang menjadi unek-unek kami selama ini telah terjawab, baik oleh Pak Bubun maupun Pak Syarief. Malam inilah awal kesaksian sejarah kota Tasikmalaya setelah pisah sambut beberapa jam lalu. Dan dari sinilah secercah impian menjulang tinggi. Semoga harapan Tasik bisa terealisasikan sedini mungkin. Amin.

Delia, Yogi, Kevin, Agus, Yusi / Q_Smart

0 komentar: