RSS

Terbanglah ia ke negeri seberang.

Membawa mimpi yang tertanam sejak lama.

Menebar asa, memangku citra bangsa.


Bergetar hati Yogi Achmad Fajar saat melantunkan lagu wajib tanah air kita, Indonesia Raya, di negeri orang. Berbalut busana daerah di tengah pemuda se-Asia untuk berdiskusi, saling memperkenalkan budaya negara masing-masing, mengenal pariwisata, dan budaya Korea.


Ya, garis takdir Allah dengan menempatkan Yogi sebagai salah satu ‘makhluk’ UGM di FIB Jurusan Sastra Korea. Ternyata, di balik ketidaklulusannya di UI Fakultas Psikologi justru menerbangkannya untuk segera bertepi di tanah orang. Korea.


Meski status kemahasiswaannya baru menginjak semester 3, namun usaha kerasnya untuk selalu tampil beda, kritis, aktif di kegiatan kemahasiswaan, dan selalu mengantongi IP lebih dari 3,8, membuatnya di percaya menjadi salah satu delegasi Indonesia dalam untuk berpartisipasi dalam acara Youth Camp For Asia’s Future 2009, program tahunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Korea Selatan.


Selama dua pekan Yogi menyelami negara yang pada tahun 1950 adalah salah satu negara termiskin di dunia namun sekarang berubah menjadi salah satu negara paling kaya dan tercanggih di Korea. Terhitung sejak 31 Juli hingga 14 Agustus kemarin. Terbanglah ia mengepakkan sayap bersama mahasiswa pilihan yang berasal dari UI, UNDIP, dan beberapa perguruan tinggi lainnya.


Perbedaan bahasa, budaya, dan negara membuat suasana selama di Korea menjadi lebih unik dan berkesan. Misalnya saja saat berkenalan. Pertanyaan kedua yang dilontarkan oran Korea setelah nama adalah umur. Meski di Indonesia terbilang kurang sopan, namun alasan mereka menanyakan umur adalah untuk mengetahui apakah lawan bicaranya lebih tua atau lebih muda dari mereka. Jika kepada yang lebih tua, mereka akan bicara dan sikapnya akan sangat sopan. Jika mengetahui lawan bicaranya lebih muda, akan menganggap adik, membimbing, dan memanjakan.


Mesjid Raya Korea


Yogi yang notabene berasal dari kota santri, Tasikmalaya dan merupakan alumnus angkatan ketiga SMA Al Muttaqin merasa tertarik terhadap keberadaan Islam di Korea, negara yang mayoritasnya menganut kepercayaan Konfusianisme.


Meski yang menganut agama Islam hanya sekitar 45.000 jiwa, namun kehangatan dan nuansa begitu kerasan apabila berada di sekitar mesjid yang tersebar di tujuh titik di Korea Selatan. Mesjid terluas dan tertua yang bernama Mesjid Raya Seoul yang berlokasi di Itaewon, Seoul.


Mesjid ini selalu ramai dikunjungi masyarakat, terutama masyarakat Itaewon yang merupakan pusat komunitas muslim di Korea. Terlebih saat Jumat dan Ramadhan seperti sekarang ini. Banyak yang ngabuburit di sekitar Mesjid Raya. Tak hanya itu, ternyata mereka juga memiliki kebiasaan mengaji dan I’tikaf di mesjid, persis di Indonesia.


Namun, untuk mendapatkan makanan yang tetap halal di sekitar mesjid, kita harus mengocek saku lebih dalam. Jarangnya ditemukan makanan halal, membuat barang dijual harganya selangit.


***


Cerita di atas hanyalah sekelumit pengalaman Yogi. Masih banyak episode tentang perjalanannya di negeri Ginseng. Andakah selanjutnya yang terbang jelajahi dunia? Ditunggu eksistensinya!



0 komentar: