RSS

Lima Kenyataan Budaya Membaca Pelajar Tasikmalaya

Berdasarkan riset dan investigasi ekskul KIR (Karya Ilmiah Remaja) IQRA dan Jurnalistik Q Smart SMA Al Muttaqin menunjukkan keadaan yang sungguh memprihatinkan. Dari sekira 180 responden yang diteliti, ternyata sebagian besar siswa belum mempunyai kebiasaan membaca. Umumnya mereka tidak memiliki buku bacaan. Yang lebih mengkhawatirkan, sebagian besar tidak memiliki buku bacaan, bahkan tidak pernah membiasakan membaca buku wawasan keislaman. Kontras sekali dengan julukan Tasikmalaya sebagai kota santri.

Penelitian yang dilakukan dengan format portofolio tersebut menjadi sampel yang simpel, namun jangan sampai dianggap remeh.

Orang bijak bilang, bangsa yang cerdas adalah bangsa yang membudayakan membaca dan menulis. Dapat ditafsirkan sendiri, baru sampai mana budaya membaca di kalangan pelajar Tasikmalaya yang notabene perkembangannya sudah lebih maju dari beberapa kota kecil lainnya.

Idealnya, selain membudayakan membaca secara harfiah, pelajar juga harus mampu membaca dan mengkritisi realitas sosial yang terjadi. Hingga saat ini, masih jarang ditemui pelajar yang memiliki pemikiran nyeleneh. Entah memang kekritisannya belum tergali, terbatasnya media penyalur aspirasinya, ataukah pelajar masih bingung apa yang akan ia kritisi? Mungkin karena sang gudang ilmu masih pada nangkring di toko buku.

Harus kita segera sadari, rintangan tidak mengenal usia. Tidak peduli cerdas atau malas, kaya atau papa, pemalu atau pemberani. Melihat kilas balik peristiwa-peristiwa historis, semakin ke mari, semakin mengejar halang rintang itu dengan setumpuk ketidakpeduliannya. Tantangan yang dihadapi masa depan akan jauh lebih alot dan menantang.

Keadaan Tasikmalaya yang masih minim minat membaca dikhawatirkan nantinya tercipta generasi muda yang tidak mampu menangkap realitas sosial yang terjadi. Jika tidak bisa menangkap, bagaimana bisa mencari solusi dari semua masalah tersebut?

Jika dirangkum, ada __ kenyataan budaya baca pelajar Tasikmalaya :

1. Masih rendahnya budaya membaca dan menulis
2. Sebagian besar belum memiliki buku bacaan
3. Buku fiksi lebih mendominasi daripada nonfiksi
4. Belum terbiasa membaca buku tentang wawasan keislaman
5. Belum tertarik terhadap realitas sosial

Sadarkah kawan di sekitar kita masih banyak keganjalan-keganjalan. Banyak masalah yang harus segera diantisipasi dan diselesaikan. Hingga saat ini, masalah yang sedikit terbaca adalah fenomena alam yang satu persatu mulai menghancurkan bumi. Peristiwa global warming yang menyebabkan es di kutub mulai mencair adalah satu di antaranya. Hal ini pula yang menyebabkan kondisi cuaca menjadi sering berubah dan tak menentu.

Pendidikan yang belum fleksibel. Masih banyaknya masyarakat yang dibodohi aturan sendiri. Di mana mereka membuat aturan sendiri yang dilanggar oleh sendiri pula. Mahalnya pangan, padahal bangsa kita merupakan salah satu penghasil pangan terbesar. Kelangkaan bahan bakar minyak, sedang ada oknum-oknum yang memanfaatkan sumber daya tersebut untuk kekayaan diri sendiri.

Menurut kalian, tantangan apa yang belum terbaca?

Delia/ Q Smart

0 komentar: