RSS
Surat untuk Rektor

Tasikmalaya, 18 Oktober 2009

Yth. Bapak Prof. Dr. der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri
Rektor Universitas Indonesia
di tempat

Assalamualaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahamannirahim.

Puji syukur ke hadirat Allah swt., raja dari segala raja, penguasa alam semesta yang meniupkan ruh-ruh kasih kami dan cinta-Nya kepada seluruh makhluk yang berpijak di hentakan jagat ini. Sang pemberi kekuatan bagi kaum yang lemah, serta Maha Pengampun bagi orang yang ingin lurus di jalan-Nya.

Sebelumnya, mohon maaf atas kelancangan saya menulis ungkapan yang masih bersemayam di dalam hati pikiran. Saya hanya seorang pelajar yang sedang dalam pencarian jati diri dan masih perlu banyak pengetahuan untuk memantapkan hati menjadi generasi penerus bangsa.

Bapak Rektor yang saya hormati,

Mengambil kata mutiara “Apabila tak kenal, maka taaruf”, maka saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu karena kami bukanlah orang terkenal seperti Bapak atau para tokoh lainnya. Nama saya Siti Awaliyati Deliabilda dan sehari-hari dipanggil Delia. Kini sedang menempuh perjalanan menyelami ilmu dan pembelajaran di kelas XII IPA B SMA Al Muttaqin Kota Tasikmalaya. Meski sekolah kecil dan baru meluluskan empat angkatan, namun spirit keilmuan dan keorganisasian dibangun dengan sepenuh hati. Bahkan, keberanian yang saya miliki untuk bisa menulis surat kepada Bapak, merupakan motivasi dari para orang tua kedua kami, para guru, setelah orang tua kandung.

Bapak Rektor yang arif,

Suatu kehormatan bagi saya bisa bersua dan berdiskusi dengan Bapak hingga dua kali. Kali pertama saat saya masih kelas X. Saat itu, Bapak yang baru diangkat menjadi rektor, datang ke Universitas Siliwangi, salah satu perguruan tinggi di Tasikmalaya yang rencananya akan menjadi perguruan tinggi negeri.

Kedua kalinya, pertemuan yang tidak diduga saat pengurus inti OSIS-MPK beserta beberapa guru SMA Al Muttaqin sedang berkunjung ke rektorat UI. Saat membeli souvenir di toko dekat rektorat, Bapak lewat sambil menebar senyum kepada kami. Tanpa menyiakan kesempatan, kami langsung menghampiri Bapak. Dan sungguh tak disangka, Bapak mengajak kami ke ruang rektor. Cukup banyak yang kami bicarakan. Mengenai UI, Indonesia, hingga generasi muda. Padahal, 15 menit kemudian Bapak mempunyai agenda untuk bertemu dengan relasi dari Singapura.

Bapak Rektor yang berwibawa,

Sebagai generasi yang sama-sama berdarah Tasikmalaya, saya kagum terhadap perjalanan hidup yang Bapak tempuh selama ini. Bapak adalah potret putra daerah yang mampu berkibar di kancah nasional.

Pembawaan yang sederhana, cerdas, bijak, dan tegas namun religius terpancar dari diri Bapak. Hal ini telah terpancar sejak kecil karena Bapak berada di tengah keluarga yang disiplin dan religius.

Pengalaman berorganisasi telah menjadi bagian dari perjalanan Bapak. Selalu berani mencoba dan mencoba, serta tidak pernah mau menyerah pada kegagalan, belajar dengan cepat tentang segala hal, berani mengambil keputusan, dan melihat jauh ke depan; membuat saya kagum. Terlebih Bapak mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi hingga ke Jerman.

Bapak Rektor yang adil,

Saya menyambut gembira mengenai target anggaran dana yang akan dikeluarkan untuk beasiswa senilai Rp 40 miliar, yang di tahun sebelumnya senilai Rp 32 miliar. Semoga dengan bertambahnya dana yang diperuntukkan kepada mahasiswa dapat semakin meningkatkan prestasi dan kualitas generasi muda yang notabene merupakan agent of change.

Dampak positifnya, dengan semakin baik performa riset dan publikasi, performa pengajaran seperti prestasi mahasiswa, efisiensi internal, internasionalisasi dan performa lulusan, dapat membuat prestise UI semakin terangkat. Apalagi visi UI adalah World Class University.

Bapak Rektor yang bijaksana,

Di sekolah, pengetahuan tentang perguruan tinggi telah dikenalkan sejak kelas X. Dan UI adalah salah satu perguruan tinggi yang paling sering didiskusikan. Mengingat hingga angkatan ketiga belum ada lulusan SMA Al Muttaqin yang tembus UI, hingga pada akhirnya pada tahun pelajaran kini, 2009-2010, dua orang tembus di Fakultas Kedokteran UI.

Mendengar penuturan beberapa guru, berkonsultasi dengan kakak-kakak yang tergabung di GERBATAMA (Gentra Buana Tasikmalaya) UI, serta mengenal lebih jauh lewat internet, membuat saya begitu ingin menjadikan UI sebagai pelabuhan pendidikan saya setelah SMA di mana saya bisa berkontribusi dalam membenahi kekurangan dan meningkatkan prestasi di tingkat nasional maupun internasional. Terlebih saya pernah berbincang dengan Bapak hingga dua kali kesempatan.

Bapak Rektor idola saya,

Saya semakin kagum terhadap UI saat mengetahui penuturan Bapak bahwa UI sedang membangun perpustakaan yang memiliki lebih dari 5 juta buku yang didominasi dengan buku-buku yang berbahasa Inggris. Begitu pula di website UI. Mayoritas bahasa Inggris. Semakin kentaralah bahwa UI memang universitas berkelas dunia.

Kekaguman saya tak ada habisnya, sepertinya. Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat informasi bahwa berdasarkan penilaian peringkat terbaik universitas dunia yang dilakukan Times Higher Education-QS World University Ranking (THE - QS World) menempatkan UI terbaik di Indonesia.

Secara umum UI menduduki peringkat 201 sebagai universitas terbaik dunia pada 2009, meningkat dari 2008 yang meraih peringkat 287, dan 2007 pada peringkat 395. Dalam bidang "social science" menduduki rangking 102 dan "arts and humanities" mendapatkan rangking 104. Itu artinya UI mendekati rangking 100 dunia. Dengan demikian, UI termasuk dalam universitas elit di Asia dengan rangking 34 Asia dan kelima di ASEAN.

Sungguh kemajuan pesat dalam dunia pendidikan Indonesia yang bersaing dengan universitas-universitas terbaik dunia.

Bapak Rektor yang selalu dalam naungan Allah swt,

Salah satu hal yang masih perlu dibudayakan di Indonesia adalah bidang riset. Dan ternyata, UI sangat mendukung dengan terus bebenah di mana jumlah publikasi penelitian nasional maupun internasional yang dihasilkan peneliti UI pada tahun 2009 meningkat menjadi 10.050 publikasi dari 9.050 publikasi pada tahun 2008. Bahkan untuk meningkatkan kualitas dan memperoleh wawasan global, UI juga mengirim 325 peneliti dan dosen ke luar negeri pada 2009, meningkat dari tahun 2008.

Hal ini sebagai pembuktian bahwa UI dengan serius dalam mewujudkan misinya sebagai “the World Class Research University”.

Bapak Rektor yang berwibawa,

Mempelajari perjalanan Bapak hingga mampu membawa UI ke kancah internasional membuat saya yakin, bahwa masih banyak ‘sosok Gumilar’ lain di daerah. Dan sebagai putri daerah, saya juga ingin seperti Bapak. Mampu mengantarkan wajah Indonesia ke muka dunia.

Besar harapan UI menjadi jembatan saya dalam mewujudkan mimpi untuk mengubah dunia. Semoga di tahun 2010 nanti, di saat saya lulus dari bangku SMA, saya adalah Siti Awaliyati Deliabilda, mahasiswa UI 2010 yang akan mengubah dunia. Semoga suatu saat nanti saya bisa menjadi partner Bapak.

Keinginan ini tidak sekedar keinginan belaka. Menuju keinginan untuk menjadi ”Agent of Change the World”, saya belajar banyak dari saat ini. Berada di tengah keluarga yang berkecimpung di dunia pendidikan, membuat saya menjadi pribadi yang ingin menjadi sosok yang berilmu dan mampu untuk berbagi ilmu dan pengetahuan dengan orang lain. Oleh karena itu, saya mempertahankan peringkat 1-3 dari SD hingga SMA kini.

Untuk menambah kompetensi dan daya kompetisi dengan pelajar lain, saya pernah mengikuti LCT Matematika yang diselenggarakan oleh Universitas Siliwangi, LCT Kimia diselenggarakan oleh UPI, PASIAD, Olimpiade Matematika tingkat Kota Tasikmalaya, peringkat harapan 2 Olimpiade Astronomi tingkat Kota Tasikmalaya, Olimpiade Fisika tingkat Kabupaten Ciamis, LKIR LIPI 2009, dan beberapa lomba lainnya.

Namun, tak hanya meningkatkan prestasi akademik, saya juga perlu memiliki skill di bidang nonakademik. Menulis adalah salah satu hobi saya. Untuk meningkatkan kemampuan ini, sejak SMP saya mengikuti ekstra kurikuler jurnalistik dan menjadi redaktur berikut editor. Selama di SMP, saya pernah mewawancarai tokoh-tokoh pemerintah daerah Kabupaten Ciamis, Bapak Yusuf Macan Effendi yang kini menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat sebanyak dua kali, mewawancarai beberapa artis, dan prestasi tertinggi adalah mewawancarai secara eksklusif Bapak Menegpora, Adhyaksa Dault.

Di SMA, saya melanjutkan perjalanan saya sebagai kuli tinta muda. Pengalaman bertemu dan mewawancarai tokoh lebih banyak. Saya pernah mewawancarai Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Walikota & Wakil Walikota Tasikmalaya, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Gubernur Jawa Barat, Dosen UNPAD, Dosen IKAPRIND Yogyakarta, Rektor Universitas Siliwangi, Rektor Universitas Indonesia, Menteri Pendidikan Nasional, Bapak Bambang Sudibyo, Juru Bicara Presiden, Bapak Andi Malarangeng, dan prestasi tertinggi adalah bertemu dan berdialog dengan Ibu Negara dan Bapak Presiden Republik Indonesia, Ibu Ani Yudhoyono dan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.

Tak hanya mewawancarai, lomba-lomba menulis pernah saya ikuti. Di antaranya lomba menulis ’Andai Aku Menjadi Dokter’ IDI menjadi juara harapan 3 se-Kota Tasikmalaya, lomba menulis Menegpora, juara 2 lomba menulis tentang Zakat dan Kemiskinan, dan beberapa lomba blog.

Dalam bidang seni, saat SMP saya menjabat sebagai ketua Teater Luhur SMPN 1 Ciamis. Sejak SD sering mengikuti lomba membaca puisi maupun sajak, baik itu tingkat Kota/Kabupaten, Priangan Timur, maupun se-Tatar Sunda.

Demikian surat ini saya sampaikan. Terima kasih atas perhatian Bapak. Mohon maaf apabila banyak kesalahan, baik dari kata maupun tingkah laku kami. Semoga Universitas Indonesia semakin baik. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


Hormat saya,


Siti Awaliyati Deliabilda

0 komentar: