Menjadi Pribadi Kreatif Ala Dik Doank
Siapa sih yang tak mau menjadi remaja kreatif? Di tengah persaingan dan tantangan global serta perkembangan teknologi, membuat kita, sebagai agent of change harus mempunyai banyak persiapan, baik pengetahuan, mental, terutama spiritual.
Dalam acara pembukaan PIRN (Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional) VIII yang dilaksanakan pada Senin, 22 Juni lalu, hadir seorang penyanyi, presenter, dan desainer grafis yang mengecimpungkan dirinya ke dunia sosial. Adalah Dik Doank yang bernama lengkap Raden Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denda Kusuma, yang menyentuh hati hampir 300 siswa dan ratusan guru se-Indonesia di Taman Pintar, Yogyakarta.
Dik Doank adalah anak nakal yang pernah tidak naik kelas. Namun di balik masa lalunya yang kelam, hari dewasanya Allah anugerahkan kenikmatan yang luar biasa. Ia menjadi pribadi yang sukses dengan mengoptimalkan apa yang ada dalam dirinya.
Dalam penuturannya, beliau menganalogikan perbedaan antara petani Indonesia dengan petani China. Seperti apakah itu..?
Sungguh perbedaan yang sangat bertolakbelakang. Meskipun tak semua seperti itu.
Lalu, bagaimana mengembangkan diri menjadi seorang yang unggul?
Berawal dari mengenali diri sendiri dan mengetahui hobi kita. Oleh karena itu, untuk mengembangkannya kita harus dekat dengan lingkungan dan perlu dorongan dari luar. Salah satunya adalah peran orang tua dan guru. Kedua pihak ini harus bisa menjadi sahabat, terutama bagi anak yang berusia 15-21.
Pada usia 1-7 tahun merupakan masa bermain anak. 8-14 tahun usia keemasan belajar. Saat menginjak 22-27 tahun, sudah masanya untuk bekerja. Sedangkan 28 ke atas waktunya menikah dan menyelami kehidupan yang baru.
Di saat lingkungan telah mendukung, sebagai makhluk sosial, kita harus bisa bersilaturahmi dengan dunia luar. Tidak asal-asalan lho... Kita harus mempunyai visi, networking, dan sense of art.
Di samping itu, modal lain yang harus diutamakan adalah keuletan dan kejujuran. Masih ingat dengan perbedaan antara Petani Cina dan Indonesia? Meski sama-sama ulet, namun keduanya berbeda visi. Sehingga hasil akhirnya pun berbeda pula.
Setiap kehidupan dan pilihan pasti berisiko. Oleh karena itu, selain memiliki karakter yang telah diterangkan di atas, kita juga harus peka terhadap keadaan dan kondisi sekitar. Tak hanya itu, hati kita jangan pernah lepas dari Allah dan harus selalu berserah diri alias tawakal.
Bisakah kita seperti itu? Mari belajar dari sekarang. Tidak ada kata terlambat untuk berubah lebih baik. Be a good agent of change our country!
Dalam acara pembukaan PIRN (Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional) VIII yang dilaksanakan pada Senin, 22 Juni lalu, hadir seorang penyanyi, presenter, dan desainer grafis yang mengecimpungkan dirinya ke dunia sosial. Adalah Dik Doank yang bernama lengkap Raden Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denda Kusuma, yang menyentuh hati hampir 300 siswa dan ratusan guru se-Indonesia di Taman Pintar, Yogyakarta.
Dik Doank adalah anak nakal yang pernah tidak naik kelas. Namun di balik masa lalunya yang kelam, hari dewasanya Allah anugerahkan kenikmatan yang luar biasa. Ia menjadi pribadi yang sukses dengan mengoptimalkan apa yang ada dalam dirinya.
Dalam penuturannya, beliau menganalogikan perbedaan antara petani Indonesia dengan petani China. Seperti apakah itu..?
Sungguh perbedaan yang sangat bertolakbelakang. Meskipun tak semua seperti itu.
Lalu, bagaimana mengembangkan diri menjadi seorang yang unggul?
Berawal dari mengenali diri sendiri dan mengetahui hobi kita. Oleh karena itu, untuk mengembangkannya kita harus dekat dengan lingkungan dan perlu dorongan dari luar. Salah satunya adalah peran orang tua dan guru. Kedua pihak ini harus bisa menjadi sahabat, terutama bagi anak yang berusia 15-21.
Pada usia 1-7 tahun merupakan masa bermain anak. 8-14 tahun usia keemasan belajar. Saat menginjak 22-27 tahun, sudah masanya untuk bekerja. Sedangkan 28 ke atas waktunya menikah dan menyelami kehidupan yang baru.
***
Di saat lingkungan telah mendukung, sebagai makhluk sosial, kita harus bisa bersilaturahmi dengan dunia luar. Tidak asal-asalan lho... Kita harus mempunyai visi, networking, dan sense of art.
Di samping itu, modal lain yang harus diutamakan adalah keuletan dan kejujuran. Masih ingat dengan perbedaan antara Petani Cina dan Indonesia? Meski sama-sama ulet, namun keduanya berbeda visi. Sehingga hasil akhirnya pun berbeda pula.
Setiap kehidupan dan pilihan pasti berisiko. Oleh karena itu, selain memiliki karakter yang telah diterangkan di atas, kita juga harus peka terhadap keadaan dan kondisi sekitar. Tak hanya itu, hati kita jangan pernah lepas dari Allah dan harus selalu berserah diri alias tawakal.
Bisakah kita seperti itu? Mari belajar dari sekarang. Tidak ada kata terlambat untuk berubah lebih baik. Be a good agent of change our country!
| |
|
|
|
|
0 komentar:
Posting Komentar