ANNOUNCEMENT and promotion ;)
So long long looong time I didn't post on this blog >.<
More than a year. -.-'
badewey, in point of fack is: I FORGOT THIS ACCOUNT! and I have found it yesterday. #alhamdulillah :)
I want to inform you that I have other blog, deliabilda.tumblr.com. (most of them is my diary~~)
Lets check this out ya ;) I pleased you to reblog my posted also. Don't forget to follow me ^^
Maybe, I won't posting anything here because it will be my post at SMA (high school) only.
Now I am trying to make a website. Keep your fingers for my dream. I will inform you soon. see yaaa ^^
Baru saja aku ingin bercurhat ria dengan 'kekasih lama'ku..
Ternyata ada dari luar sana sedang menunggu kontribusiku..
TUGAS OKK FAKULTAS 2010 YANG WAAAAAAAAAWWWWWWWW BANGET..
>.<
Bismillah..
Doakan daku semoga hari ini selesai dua essay..
=DD
cayyooo...
semangatlah..
@_@
Padahal belum juga aku cerita tentang UI dan rengrengannya..
udah ditunggu sama sang tugas-tugas yang membuatku tercengang dan serasa 'ngalangkang'..
SURI, DAN KEMBALI LAGI, ATAU KRITIS
Gema gaung ruang hampa membahana
Mendengkur dalam kesurian jiwa
Terkoyak dari arah yang justru sudah dibusur panah duka
Ruh-ruh tak berjiwa paten melayang,
entah ke mana rimbanya
Tanpa munculkan raga
Hingga akhirnya mengalirkan air susu yang anyir, rupanya
Meski tak sedikit yang tergiur
Dan meninggalkan kulit nadi
Demi derajat kepalsuan, diiming-imingi
Dalam peranjat dari kepungan dimensi
Perlahan tuts melumpuhkan kebekuan
Sedang lesatan dendrit berseliweran
Berkelebat rautan benang hilir mudik,
Merah-Putih
Berpenyangga kulit tak berisi
Sayat rintih kawihkan tembang sendu
Sesak, dari sesal yang menjajal
Dentum rock, kerasannya jazz, pun alunan pop
Menghingar-bingarkan ruang diri
Lagi tak hentinya komat-kamit tiap larik
Lain pula, osteoarthritis sendi gerak
Yang dihantam setelah bergelut dengan penamu
Yang justru menjadi penyamun
Dalam rileksnya hawar gerah
Pun tabuh genderang telah bermorfosis
Membungkus kado histori Ibu
Serta tetaluan tak lagi mendongak
Terus, dan terus tergerus bintang sinar nan membias
Kini, hanya orchestra sang renta
Yang rindukan hidup mudanya
Hanya museum berpetak debu
Mengerumuni sendiri yang kehilangan tumpu
Sedang, tak ada jeda barang sewaktu
Demi kenangan yang lestari
Malah jubah bertengger konserkan parasit debu
Tapi tutupi aksi jati diri
Kelam dan tak bersekat
Hanya blur gores dan struk bernilai tak berharga
Ada gerak sebelum benar-benar lumpuh
Serta gelora untuk meringkus benalu
Gempitanya menutup lalu
Dan semaikan kidung yang telah dirindu
Namun, seberapa banyakkah?
Adil(?)
Akhirnya,
Kritis
8.31 am
Thursday, November 19, 2009
Kuliah? Sudah Siapkah?
Dalam suasana rileks setelah menempuh tiga hari masa percobaan Ujian Nasional, Jumat, 26 Februari hp-ku tak hentinya berdering. Sms yang sama, sms yang menyadarkanku dari kelalaian (bermalas-malasan-red) yang hampir akan dilakukan.
Isinya, “24 hari lagi, ya Allah. Kami hanya memohon 1 keinginan sederhana. LULUSkanlah kami 100% UN tahun 2010 ini. Amin.” Dalam suasana bawah sadar, hatiku turut mengamini.
Deg. Aku baru sadar, begitu dekatnya ujian yang akan dihadapi oleh setiap siswa angkatan akhir setiap jenjang. Kelas VI, IX, dan XII. Bagi kelas XII, perjuangan tak berhenti sampai UN dan UAS. Ujian-ujian masuk perguruan tinggi sudah menunggu. Meski beberapa siswa sudah ada yang diterima di beberapa perguruan tinggi melalui jalur PMDK, namun tak sedikit yang lebih memilih jalur tes, jalur yang sebagian besar diikuti oleh hampir seluruh pelajar dari setiap sudut negeri.
UN yang dilaksanakan pada 22-26 Maret (jika tidak ada perubahan lagi), setelahnya rangkaian ujian-ujian dimulai. 28 Maret calon mahasiswa ITB dan UGM bertarung. Selanjutnya, 11 April, UI melalui program SIMAK siap menjaring siswa-siswi terbaik bangsa. Belum lagi ujian seleksi yang diselenggarakan perguruan tinggi lainnya, baik negeri mauupun swasta.
***
Kuliah. Siap-siap melepas seragam putih abu dan segera memasuki dunia universitas kehidupan. Kategori usiapun sudah bukan kanak-kanak lagi. Namun, pemuda bangsa yang citra baik atau buruknya negeri terpotret dari perilaku dan prestasi kita. Sudah sejauhmanakah persiapan menuju agent of change, sang agen perubahan alias inovator negara?
Sedari kecil, tak jarang kita ditanya, “Cita-citanya pengen jadi apa, Dik?” Ada yang ingin menjadi presiden, dokter, politikus, guru, polisi, wartawan, dan rupa-rupa mimpi yang dicurahkan oleh masa kecil kita. Tentu semuanya tak bisa dicapai dengan hanya bertopang dagu. Pendidikan yang memadailah yang akan mengantarkan kita menuju gerbang impian tersebut.
Kacamata perguruan tinggi masih rada abstrak sepertinya di sebagian besar kalangan masyarakat. Mahasiswa yang kuliah di fakultas kedokteran dianggap lebih ‘waawww’ dibanding fakultas lain, tanpa melihat di perguruan tinggi mana ia, melalui jalur apa ia masuk, dan serba-serbi lainnya.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, tak sedikit pula orang tua yang saklek menentukan kuliah kita berada, “Pokoknya, kamu harus kuliah di Bandung. Biar bisa lebih dekat.” Parahnya lagi, ada juga yang meminta kepada anaknya untuk kuliah di lokal saja sehingga si anak tetap satu atap dengan orang tuanya. Dari segi kemandirian, jelas selangkah lebih kalah dibanding dengan pelajar yang diberi kepercayaan penuh oleh orang tua dalam menentukan pilihan masa depannya.
Ada pula orang tua yang meminta kepada anaknya untuk mengikuti pilihan orang tuanya. “Kamu harus jadi dokter. Lihat si A atau si B. Anak teman mama juga di sana.” Atau, “Lebih baik jadi PNS. Digaji negara, jadwal juga teratur.” Dan pelbagai rajukan lain. Memang, tak ada salahnya orang tua menyarankan, namun tetap, semuanya harus dikomparasikan dengan kompetensi, minat, mental, dan spiritual anak.
Namun, ada kisah menarik lain. Si anak dibebaskan untuk memilih perguruan tinggi, namun tidak berdasarkan kata hati. Akan tetapi berdasarkan gengsi universitas/institute/sekolah tinggi, atau fakultasnya, dan ada pula yang terpengaruh oleh teman-temannya. Sehingga, kuliahpun tidak dilakoni dengan sepenuh hati, hasil tak maksimal, uangpun terbuang percuma, dan yang paling menyedihkan adalah mengecewakan orang tua.
Hal-hal kecil seperti itu mungkin dianggap kecil. Namun, jangan sampai diremehkan. Keinginan kita sebagai anak harus sejalan juga dengan keinginan orang tua. Kuliahpun tidak sekedar kuliah. Tapi harus jelas ke mana juntrungannya.
Sarjana menganggur yang kerapkali menjadi sorotan media, tak menutup kemungkinan karena hal sederhana seperti yang disebut di atas. Sederhananya, kita harus memberikan keleluasaan nurani untuk menentukan pilihan masa depan yang sesuai dengan minat dan bakat. Namun dalam menentukan finalnya, jangan sampai menutup diri dari saran dan pengalaman orang-orang yang sudah merasakan asam garam.
Setiap manusia dianugerahi potensi yang seimbang. Namun melejit tidaknya, tergantung dari ikhtiar dan doa yang dilakukan. Kita harus berani bermimpi dan kuat dalam memperjuangkan demi terwujudnya mimpi tersebut. Dengan mimpi, keikhlasan, ikhtiar, dan doa, meski kenyataan tidak sesuai dengan rencana, semua akan menjadi indah sumber kekuatan yang maha dahsyat, karena Allah memiliki skeario yang indah dan unik untuk meng-up grade diri setiap umat-Nya.
***
Rasa gentar dan khawatir mungkin dirasakan oleh beberapa siswa, khususnya kelas XII yang sedang bersiap mengumpulkan ‘senapan dan suplemen’ untuk kekuatan menghadapi ujian yang di depan mata. Waktu tak bisa dihentikan barang sedetikpun. Mari rencanakan masa depan yang apik dan indah dengan persiapan yang matang, karena persiapan dan perencanaan yang tidak maksimal sama dengan merencanakan kegagalan. Buktikan kita bisa!
S. A. Deliabilda / XII IPA B
SMA Al Muttaqin
Kolaborasi Menuju Masa Depan
Bagi teman-teman yang masih berkelit atau berdebat dengan keluarga, khususnya orang tua mengenai kuliah, saya punya sebuah cerita yang semoga bisa menginspirasi semua. Cerita ini mengalami beberapa pengubahan di beberapa bagian. Namun tidak mengurangi ruh dari cerita aslinya.
***
Sejak awal kelas XII, Abhiel, siswi di salah satu sekolah swasta terbaik di kotanya semakin giat dalam memahami dan mempelajari materi sebagai persiapan UN dan ujian masuk perguruan tinggi. Sejak kelas X, ia bertekad untuk masuk ke UI, universitas bervisi World Class University. Sayangnya, waktu itu tekad tersebut tidak dibarengi dengan fakultas dan jurusan yang diinginkan. Pokoknya UI!
Kecintaannya terhadap dunia sosial menguatkan tekadnya untuk memilih FISIP UI, Administrasi Negara. Maklum, kesenangannya adalah menulis. Karena FISIP merupakan jurusan IPS sedang ia di jurusan IPA, maka di akhir kelas XII sudah ia jadwalkan planning satu tahun ke depan, kapan belajar materi IPA dan materi IPS.
Namun, melihat pengalaman kakak kelas dan mengantisipasi kemungkinan buruk yang terjadi, maka Abhiel memutuskan untuk mencari peluang di perguruan tinggi lain. Kebetulan, ia lebih berminat untuk kuliah di perguruan tinggi yang berada di kawasan barat.
Saat berpikir itulah, kedua orang tuanya menanyakan, akan ke manakah meneruskan sekolah(?). Orang tuanya memang sudah cukup sering menanyakan hal tersebut, namun dulu tidak terlalu serius, hanya bertanya dan meminta agar Abhiel tidak gegabah memilih jurusannya.
Namun kali itu berbeda. Ia seperti disidang dan suasanapun terasa formal. Dari penuturan orang tuanya, tersirat bahwa mereka tidak setuju akan pilihan Abhiel di FISIP. “Nantinya kerja di mana?” tanya orang tuanya.
Diskusi seperti itu menjadi sering dilakukan, apalagi saat Abhiel sudah menginjak kelas XII, karena itu artinya tinggal beberapa bulan lagi menuju ke perguruan tinggi. Orang tuanya sudah banyak merekomendasikan. ITB, IPB, UPI, UNPAD, STAN, dan beberapa perguruan tinggi lainnya beserta fakultas dan jurusannya. Dari semua perguruan tinggi yang ditawarkan, hanya IPB yang nyantol di hatinya. Rencananya, ia akan memilih ilmu komputer atau agronomi.
Bahasan mengenai perguruan tinggi tidak pernah ada habisnya. Orang tua, khususnya ayah, sempat meminta untuk mencari informasi lebih banyak tentang STAN. “Karena kebutuhan akan keuangan atau perekonomian tidak akan bisa lepas dari kehidupan masyarakat.” alasannya. Akhirnya Abhiel pun merekomendasikan STAN menjadi pilihan berikutnya.
Tak hanya dengan orag tua, ia berdiskusi pula dengan kakak kelas dan guru-gurunya. Karena ia bertekad untuk tidak merepotkan orang tua dalam hal finansial, Jurusan Penyiaran, Universitas Paramadina akan ia pilih melalui jalur Fellowship. Terlebih di sana bisa tinggal di asrama, tidak terlalu khawatir sekalipun di Jakarta.
Lama-kelamaan, ibunya malah menyarankan ke Fakultas Kedokteran dan memilih spesialisasi bedah. Abhiel sempat terbelalak. Jelas-jelas dari kecil Abhiel tidak ada niatan sedikitpun untuk memilih fakultas kedokteran. -_-“
Tak disangka tak dinyana, akhir Oktober sekolahnya mendapatkan surat dari UI. Ternyata, dari sekolahnya sebanyak dua orang (satu orang IPA dan satu orang IPS) berpeluang untuk menjadi mahasiswa UI melalui program PPKB, sejenis PMDK namun hanya diselenggarakan oleh UI.
Meski banyak siswa yang berminat untuk mengikuti program tersebut, tetap yang dilihat adalah nilai kognitif di rapor, kesediaan, dan yang paling utama adalah mental serta spiritualnya. Tekad sekolah pun tidak hanya sekedar masuk, namun harus memberi warna dan menjadi pionir dalam kegiatan positif.
Setelah melalui seleksi administrasi, psikotes, dan kesediaan, akhirnya ia terpilih menjadi perwakilan kelas IPA. Di tengah kepadatan jadwal ujian semester dan mengurus portofolio sebagai bukti fisik yang akan dikirimkan ke UI, ia masih cukup kebingungan, ke manakah akhirnya tujuan itu berlabuh?
Berkali-kali ia buka situs www.ui.ac.id. Sebenarnya ia tetap ngotot untuk memilih Administrasi Negara, FISIP, tetapi orang tuanya kurang menyetujui. Terlebih Abhiel adalah anak IPA, kalau memilih jurusan IPS, untuk apa belajar di SMA di jurusan IPA? “Justru ke-IPA-annya diragukan.” jelas orang tuanya.
Abhiel tersadar. Orang tuanya benar. Ia anak IPA dan harus menunjukkan ke-IPA-annya. Bukan malah melenceng ke jurusan lain, meski tak ada salahnya juga.
FK (Fakultas Kedokteran)? No. FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)? Hmm… Jangan. FT (Fakultas Teknik)? Duhh… Tak terbayangkan (kurang begitu bagus dalam menggambar. Hehehe…). FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat)? Perlu dicoba! Akhirnya, dengan memanfaatkan hot spot di depstore (department store-red), ia cari tahu tentang FKM.
Matanya berseri saat membaca salah satu departemen di FKM. Ada AKK (Administrasi Kebijakan Kesehatan). Ia tertarik pada ‘administrasi’nya. Terlebih, peminatan yang bisa dipilihnya ada Manajemen Rumah Sakit, yang berdasarkan banyak informasi, hingga saat ini manajerial rumah sakit masih belum maksimal. Siippp… “I’ll choose it!” gumamnya dalam hati. Bismillahirrohmaanirrahiim, lanjutnya seraya tersenyum.
Abhiel mengutarakan keinginannya untuk memilih FKM. Ia juga menjelaskan dengan semangat tentang AKK dan manajemen rumah sakit serta planning-nya ke depan. “Bagus itu. Bidang yang digeluti tetap IPA, mengurus keuangan juga, dan yang pasti berbau sosial. Iya, kan, Kak?” Subhanallah, Abhiel baru sadar bahwa pilihannya itu merupakan gabungan dari tiga keinginan. Keinginan ibunya untuk tetap memilih jurusan IPA, terlebih kesehatan. Keinginan ayahnya untuk kuliah di STAN, mengurus keuangan. Dan yang paling penting, ia bisa tetap berkecimpung di dunia sosial.
Tahukah teman-teman, Abhiel memutuskan untuk memilih FKM itu seminggu sebelum pengiriman. Sungguh saat-saat yang mendebarkan baginya. Apalagi ia sempat hampir ‘selingkuh’ lagi ke FISIP, tiga hari sebelum pengiriman. Ia sampai menangis dan galau. Akhirnya, untuk menguatkan hati di FKM, ia menuliskan kesungguhannya di FKM di beberapa kertas HVS dengan tulisan besar menggunakan spidol. Setelah itu, ia tempelkan sampai memenuhi dinding-dinding kamarnya. Setiap sebelum tidur, ia baca berulang-ulang dengan harapan bisa masuk ke alam bawah sadar dan berdoa agar Allah bisa meridhoinya.
Dalam shalatnya pun ia selalu berdoa, “Ya Allah, jika menurut Engkau FKM UI adalah yang terbaik bagi hamba, luluskanlah hamba di PPKB ini dan jauhkanlah dari sifat sombong dan tinggi hati. Namun, apabila ada fakultas atau perguruan tinggi lain yang lebih Engkau ridhoi, jangan buat hamba terlalu berharap lebih di PPKB. Izinkanlah hamba untuk kuat dalam melampaui ujian-ujian lain. Tunjukkanlah fakultas atau perguruan tinggi yang Engkau ridhoi dan berikanlah hamba kelapangdadaan.”
Sabtu, 16 Januari sekira pukul 00.14, ia mendapat sms dari guru dan orang tuanya. Alhamdulillah, ternyata Allah mengizinkannya untuk kuliah di FKM UI. Semoga bisa menjadi yang terbaik di UI sana. Amin.
***
Begitulah cerita salah satu sobat Saba Sakola, Abhiel. Semoga terinspirasi, baik bagi teman-teman maupun para ayah dan ibu. Sungguh, skenario Allah indah dan tak diduga.
S. A. Deliabilda / XII IPA B
SMA Al Muttaqin
Wanita Penghuni Surga
Setiap insan tentunya mendambakan kenikmatan yang paling tinggi dan abadi. Kenikmatan itu adalah Surga. Di dalamnya terdapat bejana-bejana dari emas dan perak, istana yang megah dengan dihiasi beragam permata, dan berbagai macam kenikmatan lainnya yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbetik di hati.
Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan kenikmatan-kenikmatan Surga. Di antaranya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
“(Apakah) perumpamaan (penghuni) Surga yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” (QS. Muhammad : 15)
“Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk Surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam Surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda dengan membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (QS. Al Waqiah : 10-21)
Di samping mendapatkan kenikmatan-kenikmatan tersebut, orang-orang yang beriman kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala kelak akan mendapatkan pendamping (istri) dari bidadari-bidadari Surga nan rupawan yang banyak dikisahkan dalam ayat-ayat Al Qur’an yang mulia, di antaranya :
“Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS. Al Waqiah : 22-23)
“Dan di dalam Surga-Surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan, menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.” (QS. Ar Rahman : 56)
“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (QS. Ar Rahman : 58)
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqiah : 35-37)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menggambarkan keutamaan-keutamaan wanita penduduk Surga dalam sabda beliau :
“ … seandainya salah seorang wanita penduduk Surga menengok penduduk bumi niscaya dia akan menyinari antara keduanya (penduduk Surga dan penduduk bumi) dan akan memenuhinya bau wangi-wangian. Dan setengah dari kerudung wanita Surga yang ada di kepalanya itu lebih baik daripada dunia dan isinya.” (HR. Bukhari dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu)
Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
Sesungguhnya istri-istri penduduk Surga akan memanggil suami-suami mereka dengan suara yang merdu yang tidak pernah didengarkan oleh seorangpun. Di antara yang didendangkan oleh mereka : “Kami adalah wanita-wanita pilihan yang terbaik. Istri-istri kaum yang termulia. Mereka memandang dengan mata yang menyejukkan.” Dan mereka juga mendendangkan : “Kami adalah wanita-wanita yang kekal, tidak akan mati. Kami adalah wanita-wanita yang aman, tidak akan takut. Kami adalah wanita-wanita yang tinggal, tidak akan pergi.” (Shahih Al Jami’ nomor 1557)
Apakah Ciri-Ciri Wanita Surga
Apakah hanya orang-orang beriman dari kalangan laki-laki dan bidadari-bidadari saja yang menjadi penduduk Surga? Bagaimana dengan istri-istri kaum Mukminin di dunia, wanita-wanita penduduk bumi?
Istri-istri kaum Mukminin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tersebut akan tetap menjadi pendamping suaminya kelak di Surga dan akan memperoleh kenikmatan yang sama dengan yang diperoleh penduduk Surga lainnya, tentunya sesuai dengan amalnya selama di dunia.
Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli Surga. Pada hakikatnya wanita ahli Surga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki. Di antara ciri-ciri wanita ahli Surga adalah :
1. Bertakwa.
2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
3. Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu.
4. Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.
5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.
6. Gemar membaca Al Qur’an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.
7. Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.
8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.
9. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.
10. Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.
11. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.
12. Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).
13. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.
14. Berbakti kepada kedua orang tua.
15. Menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.
Demikian beberapa ciri-ciri wanita Ahli Surga yang kami sadur dari kitab Majmu’ Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah juz 11 halaman 422-423. Ciri-ciri tersebut bukan merupakan suatu batasan tetapi ciri-ciri wanita Ahli Surga seluruhnya masuk dalam kerangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman :
“ … dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An Nisa’ : 13)
Wallahu A’lam Bis Shawab.
sumber:www.geocities.com
Kafemuslimah.com